Minggu, 07 April 2013

Bagaimana Obat Berefek?

Efek/kerja obat merupakan hasil dari berbagai proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh.
Proses tersebut terdiri dari tiga fase:
(1) Fase Farmaseutik
(2) Fase Farmakokinetik
(3) Fase Farmakodinamik
Fase farmaseutik adalah fase dimana obat itu disiapkan dalam bentuk tertentu yang disebut sediaan farmasi, misalnya apakah berupa tablet, kaplet, kapsul atau bahkan sirup, emulsi, supensi atau krim, gel bahkan inhaler atau aerosol. Pada fase ini ditentukan berapa dosis seharusnya disiapkan agar memenuhi kebutuhan ketersediaan di dalam tubuh (bioavaibilitas). Jika sebutir tablet dikonsumsi seseorang, harus dipastikan bahwa obat tersebut memang sesuai indikasi penggunaan obatnya. Jadi bukan saat sehat atau sakitnya seseorang, namun tepatkah indikasinya.

Gambar 1. Fase Penting Aktivitas obat (design by denata)
Selanjutnya, setelah obat memasuki tubuh, maka fase farmakokinetik akan berlangsung, yaitu fase dimana tubuh akan memperlakukan obat. Jika obat itu misalnya tablet, maka mula-mula akan terjadi liberasi atau pecahnya tablet yang kemudian melarut melalui cairan di saluran cerna, kemudian terurai menjadi granul, dan zat aktifnya terlepas. Proses farmakokinetik meliputi penyerapan (absorpsi) hingga memasuki perdaran darah, distribusi ke berbagai organ di dalam tubuh, bahkan  jaringan, Lalu molekul obat mengalami metabolisme yaitu proses perubahan di dalam tubuh untuk kemudian dapat diekskresikan ke luar tubuh. Fase farmakodinamik yaitu kerja obat terhadap tubuh tercapai manakal obat mencapai target kerjanya di dalam tubuh.

Semua molekul obat berinteraksi dengan struktur biologis (ex. biomembran, nukleus sel), biomolekul (ex. lipoprotein, enzim, asam nukleat) dan molekul kecil lain.

Dengan kata lain Target kerja obat dapat meliputi:
  • Struktur biologis seperti biomembran, nukleus sel
  • Biomolekul/makromolekul seperti lipoprotein, enzim, asam nukleat, reseptor
  • Molekul kecil lain seperti asam lambung (HCl).
Efek kerja obat itu merupakan efek (khasiat)  apakah yang ditimbulkan oleh obat terhadap tubuh (kerja obat pada tubuh). Ini dikenal sebagai fase farmakodinamik. Obat bekerja sebagai hasil interaksi fisika-kimia antara molekul obat dan molekul tubuh. Hasil interaksi tersebut dapat mengubah cara kerja sel sehingga menimbulkan perubahan pada tubuh. Contoh  Parasetamol  yaitu zat aktif yang dapat Menghambat enzim siklooksigenase-2 (cox-2) sehingga tidak terbentuk prostaglandin  (suatu mediator nyeri) dan rasa nyeri / demam menjadi berkurang atau hilang.
Sebagian besar molekul obat bekerja melalui : 
    • Reseptor protein pada membran sel atau di dalam sel
    • Saluran ion di dalam membran sel
    • Enzim dalam sel atau cairan ekstrasel
    • Kerja yang nons-pesifik (tidak bergantung pada struktur kimia, dan tidak memiliki target khusus).
      Contoh lain adalah efek/kerja dari sulfanamida.
      Gambar 2: Mekanisme kerja sulfonamida sebagai antimikroba
      Sulfonamida merupakan kemoterapeutik yang pertama yang efektif pada terapi penyakit infeksi sistemik. Meski sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain yang lebih efektif dan kurang toksik.Penggunaannya meningkat kembali sejak ditemukan kotrimoksazol yaitu kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol.

      Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan (kompetitif). Kuman membutuhkan PABA (p-amino benzoic acid) untuk membentuk asam folat (THFA). Asam folat digunakan untuk sintesis purin dan DNA/RNA. Sulfonamida menyaingi PABA dengan menghambat/mengikat enzim dihidropteroat sintase (DHPS) shg menghambat pembentukan asam folat.Sulfonamida menyebabkan bakteri keliru menggunakannya sebagai pembentuk asam folat. Sintesis asam folat, purin, dan DNA/RNA gagal sehingga pertumbuhan bakteri terhambat.
       ***
      Pustaka:
      Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs kirana Rahardja. 2002, Obat-Obat Penting, edisi kelima. Khasiat, Penggunaan dan Efek- efek Sampingnya. Edisi 5. Gramedia, Jakarta.

      ~denata
      Gambar 3: Proses liberasi tablet
      Gambar 4: Bagian tubuh kita
      Gambar 5 : Organ dan jaringan tubuh

      Gambar 6: Topologi sel dan reseptor sebagai target kerja obat
      Gambar 7 : Interaksi obat sebagai ligan terhadap reseptor





      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar